ilustrasi |
Komposisi Wakil Menteri justru memperkuat dominasi PDIP dan Golkar. Seperti diketahui, dalam kabinet Indonesia maju, PDIP mendapat empat kursi menteri dan satu wakil menteri. Empat menteri asal PDIP itu yakni Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly, MenPAN RB Tjahjo Kumolo, Mensos Juliari Batubara, dan Menteri PPPA Gusti Ayu Darmavati. Satu wakil menteri asal PDIP yaitu Wamen PuPera Jhon Wempi Wetipo.
Bahkan, bila dilihat dari afiliasi politik, Wamen PDT Budi Ari Setiadi yang juga ketua umum relawan Projo sejak awal memiliki kedekatan dengan PDIP.
Sementara, Golkar yaitu mendapat tiga menteri. Yakni Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Menpora Zainudin Amali. Sementara satu orang Wamen asal Golkar yakni Wamendag Jerry Sambuaga. Bertambahnya pos jabatan dalam kabinet bagi dua Parpol itu membuat kader Partai Hanura keki.
“Bahkan di posisi Wamen pun PDIP dan Golkar malah ditambahin sama Jokowi. Kami (Hanura) betul-betul tidak dipandang. Padahal perjuangannya di lapangan sama,” kata Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah.
Dia mengatakan, dalam mencari teman di kabinet, Jokowi menggunakan kalkulator politik semata. Dalam pengisian wakil menteri, presiden Jokowi juga dinilai hanya merujuk pada hasil perolehan suara tingkat nasional pada Pileg bulan April lalu.
Untuk diketahui, merujuk hasil Pileg yang diumumkan KPU pada April lalu, perolehan suara nasional Partai Hanura jauh dibawah Perindo dan PSI. Hanura hanya memperoleh suara 2.161.507 atau setara 1,54 persen suara nasional. Hanura tercecer di urutan 13.
Perolehan suara Hanura itu tak cukup mengantarkan kader partai itu kembali berkantor di Senayan. Hanura akhirnya terhempas keluar dari gedung DPR karena tak mencapai ambang batas parlementary treshold 4 persen suara nasional.
Sementara Perindo sebagai pendatang baru sukses meraih 3.738.320 suara atau setara 2,67 persen suara nasional. Perindo berada di posisi 10 besar. Pun PSI sebagai pendatang baru juga sukses mendulang 2.650.361 suara atau setara 1,89 persen.
“Artinya Jokowi menghitung kawan itu berdasarkan kalkulator saja. Kalau kita lihat, dalam kabinet (menteri) itu dia hanya menghitung teman-teman yang lolos parlemen. Untuk jawatan wakil menteri (diberikan kepada) temen-teman yang perolehan suaranya lebih besar daripada suara Hanura. Lebih banyak (daripada suara Hanura). Yang suaranya kecil tidak dihitung. Padahal perjuangannya sama,” katanya.
Dia menduga Ketua Umum Hanura Oesman Sapta Odang tidak diajak bicara selama ini. Karenanya, partai yang didirikan Mantan Menkopolhukam Wiranto itu akan merespons dan membahas sikap politik Hanura dalam waktu dekat.
“Nanti Rabu akan dibicarakan dengan Ketum. Ada rapat pimpinan nanti,” katanya.
Posting Komentar